Suara Pemilih Pemula

Foto: KPU Pangkep


Memasuki gedung sekolah SMA Negeri 11 Pangkep pada Kamis, 27 Juni lalu, suasana terlihat lengang. Jejeran sepeda motor siswa yang biasanya ramai terparkir di halaman gedung juga bisa dihitung jari sekali tatap. Tampak, beberapa siswa bercengkerama namun tidak memakai seragam lengkap. Ada yang memakai celana sekolah tetapi memakai kaus oblong.

Begitulah yang terjadi di sisa hari menjelang libur. Usai bertanya kepada siswa yang baru saja memarkir sepeda motornya tentang lokasi Aula, ia mengarahkan telunjuknya agar saya mengikuti jalan yang nantinya mentok dan belok kanan.

Denah bangunan sekolah yang dulunya bernama SMA 2 ini banyak yang berubah. Tak seperti ketika mengunjunginya tujuh tahun lalu. Di bagian dalam gedung juga ada taman dilengkapi tempat duduk permanen berupa susunan batu bata yang diplester. Saya membayangkan cengkerama siswa berlangsung di situ di jam istirahat.

Sesampai di Aula, seperti biasa bila akan digunakan pertemuan, jejeran kursi sudah diatur disesuaikan dengan kisaran jumlah orang yang bakal hadir. Melihat susunan kursi yang  mengambil ruang seperempat luas gedung, bisa diterka kalau kegiatan hanya berisikan sekitar 30 sampai 50 orang saja.
_

Syaiful Mujib, Komisioner KPU Pangkep yang membidani  Divisi Parmas menghubungi mendadak soal rangkaian program Rumah Pintar Pemilu (RPP). Memang, seminggu sebelumnya hal tersebut sudah dibicarakan, hanya saja jadwal pelaksanaannya belum ditentukan.
Konfirmasi jadwal baru disampaikan sehari sebelumnya kalau pihak Rumah Saraung, selaku penerbit buku Mengetuk Pintu Demokrasi Melalu Cerpen dan Puisi diharapkan hadir. Buku itu diterbitkan atas kerjasama dengan Lentera Management selaku penyelenggara sayembara Cerpen dan Puisi tingkat pemilih pemula yang ditunjuk KPU. Hasil penjurian yang meloloskan 10 naskah cerpen dan 50 judul manuskrip puisi diterbitkan dalam satu antologi.

Nah, buku itulah yang diluncurkan sebagai permulaan program RPP yang akan terus bergulir sebanyak 12 kali pelaksanaan sebagaimana diterangkan Mujib. Jadi, usai Pemilu serentak, KPU tidak berhenti melakukan rangkaian program kaitannya dengan pemilu.

Rohani, komisioner KPU Divisi Data yang juga hadir selaku pembicara mengungkapkan kalau RPP bagian dari kampanye dan strategi KPU melakukan pendidikan politik agar melahirkan pemilih cerdas. Apalagi dalam waktu dekat, Pangkep akan memulai tahapan rangkaian Pilkada yang dimulai pada September mendatang.

Nhany, sapaan akrab Rohani, di kesempatan itu membeberkan sejumlah puisi yang menurutnya sangat berani. Ia mencontohkan puisi berjudul Pelacur Politik sebagai ekspresi yang bisa menjadi cermin para peserta Pemilu. “Andai buku ini terbit sebelum Pemilu, maka sangat kontekstual dibicarakan dan dibacakan di setiap sesi sosialisasi tahapan Pemilu.” Ujarnya.

Pak Firdaus, kepala sekolah SMA Negeri 11 dalam sambutannya mengungkapkan kalau siswa di sekolah yang dipimpinnya sejak mula memang sudah memiliki pembelajaran penulisan kreatif. Ibu Mardiah, salah satu guru menambahkan kalau siswa memang didukung untuk menuliskan kumpulan cerpan, autobiografi, dan novel sebelum menyelesaikan studi. Itulah mengapa kepala sekolah tidak heran ketika sayembara ini  pemenangnya didominasi anak didiknya.

“Penerbitan buku kumcer puisi ini sangat membantu kami di KPU dalam melakukan sosialisasi,” terang Mujib. Ia menukil cerpen gubahan Atiqah tentang seorang anak yang melaporkan ayahnya sendiri karena mempraktikkan politik uang. Barauni, tokoh dalam cerpen berjudul Aktivis  tersebut bagi Mujib sungguh menghentak.

_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali Pangkepmu - Beberapa Hal yang Perlu Diketahui

Mengetuk Pintu Demokrasi Melalui Cerpen dan Puisi

Sepakbola Sebagai Ruang