Bangku Cadangan



BANGKU cadangan adalah tempat persinggahan. Pemain bisa duduk di sepanjang 90 menit pertandingan. Bisa pula hanya beberapa menit dan berlari ke lapangan menggantikan pemain yang lain. Dari bangku cadangan seorang pemain bisa memulai karier cemerlang dan sebaliknya, terpuruk dan disingkirkan. Itulah mengapa ada pemain yang gusar jika ditarik keluar dan langsung menuju ke ruangan dan menolak kembali duduk di bangku cadangan.

Bangku cadangan itu sakral. Meski hanya pemain cadangan, tetap saja tidak sembarang yang boleh duduk di bangku cadangan. Mereka tetaplah pemain pilihan walau hanya duduk di sepanjang pertandingan.  Di bangku cadangan pula, seorang pemain bisa menunjukkan protes. Teves dan De Rossi pernah melakukan itu ketika menolak dimainkan.
_

Buku ini merupakan kumpulan catatan sepak bola yang sudah pernah tayang di blog pribadi penulis dan di media daring Seputar Sulawesi dan media khusus mengupas sepak bola: Football Tribe Indonesia.

Sejumlah tulisan dalam buku ini dirangkum menjadi tiga bagian. Pembagian tematik itu dimaksudkan guna menangkap tema besar yang dipaparkan. Walau, tentu saja, setiap naskah berdiri sendiri berdasarkan situasi yang sedang dibicarakan. Atau, bisa saja setiap naskah mengandung makna ketiga tema tersebut.

Kultur mengacu pada situasi yang lazim dijumpai sekaligus merekam perkembangan dari yang kebiasaan itu. Mulai dari fenomena hingga romantika yang melingkupinya. Sepak bola, kita tahu, sudah melampaui sebagai bentuk permainan dan pertandingan. Dalam pergulatannya mencipta komedi dan tragedi di waktu bersamaan. Berkelindan menawarkan drama sebagai proses.

Sepak bola juga mewujud menjadi fantasi. Bayangan akan tim ideal, taktik paripurna, atau impian seorang pemain sebagai titik pusat. Imaji ini memberikan peluang mencipta simulakra agar hasrat akan fantasi itu terpenuhi. Di Italia, sebutan fantasia disematkan pada sosok pemain yang dianugerahi kemelimpahan berlebih. Tentu, tak sembarang pemain yang bisa didaulat. Namun, yang namanya fantasi, tetaplah bentuk upaya manusia mengidealkan sesuatu. Roberto Baggio, seorang fantasia dan tetaplah manusia ketika gagal mengeksekusi penalti di final Piala Dunia 1994. 

Rangkuman naskah di buku ini menawarkan beragam kisah di seputaran tema yang telah disebutkan di atas. Bangku cadangan yang menjadi judul buku menyiratkan kalau di luar bangku cadangan di pinggir lapangan. Ada pula bangku cadangan yang ditempati penyaksi di luar lapangan. Bangku cadangan yang juga nama blog penulis menjadi ruang merespons situasi sepak bola yang diamati.  
_

Poster PO

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengetuk Pintu Demokrasi Melalui Cerpen dan Puisi

Kenali Pangkepmu - Beberapa Hal yang Perlu Diketahui

Membincang Bangku Cadangan